Coping Stres
A. Pengertian
dan Jenis Coping
Lazarus
mendefinisikan coping sebagai suatu cara individu untuk mengatasi situasi atau
masalah yang dialami baik sebagai ancaman atau suatu tantangan yang
menyakitkan. Dengan kata lain, strategi coping adalah proses dimana individu
berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari
masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun
perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Umumnya, strategi coping
dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang melingkupi kehidupannya.
Coping
yang efektif umtuk dilaksanakan adalah
coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan
dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya.
Jenis-jenis Coping
Menurut
Lazarus dan Folkman, ada 2 jenis
strategi coping, yaitu:
a.
Problem-Solving Focused Coping. Individu
aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau
situasi yang menimbulkan stress, dan dipaparkan para ahli bahwa aspek-aspek
yang digunakan individu di bagi menjadi lima, sebagai berikut:
· Distancing,
bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari
permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positf, dan seperti
menganggap remeh atau lelucon suatu masalah .
o
Planful Problem Solving, atau
perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan
dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati,
bertahap dan analitis.
o
Positive Reapraisal, yaitu usaha untuk
mencar makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi
ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
· Self
Control, adalah bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri,
mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil
tindakan.
· Escape,
usaha menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada
hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll.
b.
Emotion-Focused Coping. Individu
melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri
dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh
tekanan. Berikut adalah aspek-aspeknya:
· Self
Control, adalah bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan
diri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak
tergesa dalam mengambil tindakan.
· Seeking
Social Support (For Emotional Reason), adalah cara yang dilakukan individu
dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga
atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
· Positive
Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah dan
mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif
dari sebuah masalah (hikmah).
· Acceptance,
berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena
dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan
masalahnya.
· Denial
(avoidance), pengingkaran, cara individu dengan berusaha menyanggah dan
mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.
Hasil
penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk
mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan
sehari-hari.
B. Jenis
Coping yang Positif (Konstruktif) dan Negatif (Destruktif)
1. Gaya
Koping Positif (Konstruktif)
Merupakan
gaya koping yang mampu mendukung
integritas ego.
a. Problem
Solving
Adalah
usaha untuk memecahkan suatu masalah. Masalah harus dihadapi dan dipecahkan, dan
bukan dihindari atau ditekan dialam bawah sadar, seakan – akan itu tidak
berarti. Dengan demikian, sedikit apapun masalah yang terjadi sebaiknya harus
diselesaikan.
Strategi
pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi masalah atau ancaman
yang ada dengan kemampuan pengamatan secara realistis. Beberapa contoh strategi
pemecahan masalah yang dapat digunakan, antara lain:
- Meminta bantuan kepada orang lain
- Secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan situasi yang ada.
- Mencari lebih banyak informasi terkait dengan masalah yang dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat diatasi secara realistis.
- Menyusun beberapa rencana untuk memecahkan masalah.
- Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah. Sesungguhnya bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan pribadi. Pikiran tersebut mengenai apa yang dilakukan. Sebab, segala sesuatu yang dilakuakan seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam pikirannya.
Strategi
pemecahan masalah ini dapat digunakan dengan metode STOP (Source, Trial and Error, Others, serta
Pray and Patient). Source berarti mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi
sumber masalah. Trial and Error berarti mencoba berbagai rencana pemecahan
masalah yang telah disusun. Bila satu metode tidak berhasil, maka mencoba lagi
dengan metode lain. Begitu selanjutnya. Hal yang perlu dihindari adalah adanya
rasa keputusasaan terhadap kegagalan yang dialami. Others berarti meminta
bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu. Pray and Patient yaitu berdoa
kepada Tuhan, sebab Tuhan adalah Zat yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang
ada di dunia ini. Tuhan pula yang memberikan jalan terbaik buat manusia karena
manusia memiliki banyak keterbatasan. Dengan berdoa, maka hati, jiwa, pikiran
seseorang akan menjadi tenteram dan tenang. Dan juga harus sabar dengan
berlapang dada menerima kenyataan yang ada pada dirinya. Penerimaan terhadap
apa yang ada pada diri akan membuat seseorang lebih menikmati hidup dan ringan
bebas psikologisnya, walaupun dalam pandangan orang lain orang tersebut berada
dalam kehinaan.
b. Utilizing
Social Support
Merupakan
tindak lanjut dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, ketika masalah itu
belum terselesaikan. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan manusia dalam
menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal ini terjadi karena rumitnya masalah yang
dihadapi. Untuk itu sebagai makhluk sosial, bila seseorang mempunyai masalah
yang tidak mampu diselesaikan sendiri, seharusnya tidak disimpan sendiri dalam pikirannya,
namun carilah dukungan orang lain yang dapat dipercaya dan mampu memberikan
bantuan dalam bentuk masukan dan saran dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya tersebut. Semakin banyak dukungan dari orang lain, maka semakin
efektif upaya penyelesaian masalahnya.
c. Looking
for Silver Linning
Kepelikan
masalah yang dihadapi terkadang akan membawa kebuntuan dalam upaya
menyelesaikan masalah. Sesulit dan sepelik apapun masalah yang dihadapi,
setidaknya manusia harus berfikir positif dan mengambil hikmahnya. Tidak ada
seorang pun yang terbebas dari masalah karena dengan masalah itu manusia
berfikir, bertindak, dan berperilaku.
2. Gaya
Koping Negatif (Destruktif)
Merupakan
gaya koping yang akan menurunkan integritas ego, dalam penentuan gaya koping
akan merusak dan merugikan dirinya sendiri.
a.
Avoidance
Merupakan
bentuk dari proses internalisasi terhadap suatu pemecahan masalah kedalam alam
bawah sadar yang menghilangkan atau membebaskan diri dari suatu tekanan mental
akibat masalah – masalah yang dihadapi. Cara ini dapat dikatakan sebagai usaha
untuk mengatasi situasi tekanan dengan lari dari situasi tersebut atau
menghindari masalah yang berujung pada penumpukan masalah dikemudian hari.
Bentuk pelarian diri diantaranya dengan beralih pada hal lain seperti makanan,
minuman, merokok, atau menghilangkan masalah sesaat untuk tujuan sesaat,
padahal hanya merupakan upaya untuk menunda masalah dan bukan menyelesaikan
masalah.
b. Self Blame
Merupakan
bentuk dari ketidakberdayaan atas masalah diri sendiri tanpa evaluasi diri yang
optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan menyalahkan diri sendiri tanpa
evaluasi diri yang optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan menyalahkan
dirinya sendiri sehingga menekan kreativitas dan ide yang berdampak pada penarikan
diri dari struktur sosial.
c. Wishfull
Thinking
Kegagalan
dalam mencapai tujuan yang diinginkan seharusnya menjadikan seseorang berada
pada kesedihan yang mendalam. Hal ini terjadi karena dalam penentuan standar
diri, riset, atau dikondisikan terlalu tinggi sehingga sulit untuk dicapai.
Penentuan standar yang terlalu tinggi menjadikan seseorang terbuai khayalan dan
impian tanpa kehadiran fakta yang nyata. Menyesali kegagalan berakibat
kesedihan yang mendalam merupakan bentuk dari berduka yang disfungsional,
dimana hal tersebut merupakan pintu dari seseorang mengalami gangguan jiwa.
Sumber :
Lazarus,
R, S. & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York:
Springer.
http://zy-ceritaku.blogspot.com/2013/01/mekanisme-koping.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar