A. Deskripsi
Cinta dan Perkawinan
Waduh, kali ini saya diminta untuk
mendeskripsikan apa itu cinta dan perkawinan. Sebetulnya jujur saja menjelaskan
hal ini cukup rumit. Karena definisi tentang cinta saja sangat banyak dan
subjektif. Setiap orang dapat mendeskripsikan secara berbeda – beda. Menurut saya
pribadi, cinta itu rasa mengasihi, rasa nyaman dan ingin selalu dekat. Sangat
sulit dijelaskan karena hanya bisa dirasakan. Sedangkan perkawinan adalah
kebersamaan hidup pasangan di dalam satu atap dan satu tujuan untuk mendapatkan
ridho Allah SWT. Perkawinan sebaiknya harus didasari oleh cinta. Karena cinta
dapat menjadi pondasi yang kuat bagi sebuah perkawinan. Di dalam perkawinan
selalu ada berbagai cobaan serta masalah – masalah yang terkadang dipikir sulit
untuk diselesaikan. Namun dengan adanya cinta, semua akan selalu kembali dengan
baik. Emosi pun akan teredam jika cinta sudah mengingatkannya akan sebuah
perkawinan yang baik menurut masing – masing orang dan menurut Allah SWT.
B.
Cara Memilih Pasangan
Kebebasan itu memang omong kosong. Tak ada
kebebasan untuk memilih, termasuk memilih pasangan hidup. Seringkali orangtua
kita sibuk untuk memilihkan pasangan yang terbaik. Namun terbaik untuk mereka
belum tentu terbaik untuk anaknya. Yang terpenting adalah kita harus memiliki
kecocokan dengan orang tersebut. Akan lebih nyaman lagi jika kita memiliki
kesamaan opini, kepribadian, hobi atau yang lainnya. Meskipun kesamaan itu
sulit untuk didapatkan, namun kita tidak boleh terhenti hanya karena perbedaan.
Jadikanlah perbedaan itu sebagai variasi dalam suatu hubungan. Yaa.. memang
mengesalkan ketika kita berdebat dengan pasangan kita. Tak akan ada hubungan
yang sempurna. Maka janganlah terus menerus menuntut kesempurnaan yang tak akan
pernah kamu dapatkan itu!
C.
Seluk Beluk dalam Hubungan Perkawinan
Dalam hubungan perkawinan, harus ada
pemenuhan peran. Laki – laki sebagai suami dan wanita sebagai istri. Suami
berkewajiban untuk menafkahi keluarga yaitu istri dan anak – anaknya. Suami
bertugas untuk mengayomi serta melindungi keluarganya dari segala hal yang
bersifat buruk. Sehingga keluarga merasa aman jika ada peran kepala keluarga.
Istri bertugas untuk melayani suami, taat dan berbakti terhadap suami. Satu
catatan penting yaitu keberhasilan seorang suami tidak akan ada tanpa peran
seorang istri. Seringkali istri dipersalahkan akan masalah – masalah yang ada
dalam kehidupan rumah tangga. Disitulah istri merasa terpojokkan. Maka pada
masa kini banyak sekali wanita yang ingin memberlakukan emansipasi wanita.
Bahwa wanita itu tidak harus selalu dipersalahkan. Saat ini para istri banyak
yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Selain membantu suaminya bekerja,
hal tersebut pun dilakukan untuk mempertahankan harga diri wanita yang sering
terinjak – injak hanya karena wanita terlalu tergantung kepada suaminya.
Kehidupan perkawinan itu memang selalu rumit. Oleh karena itu semua kembali
kepada kesabaran masing – masing orang untuk menjalaninya demi mempertahankan
keutuhan keluarga.
D. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat
pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk
kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari
ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam
hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam
sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam
sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya
perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang
dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit
mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan
penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri
dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah,
berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran
adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya,
tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan
terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
( Adhim,
Mohammad Fauzil (2002) Indahnya
Perkawinan Dini Jakarta: Gema
Insani Press (GIP))
Hal inilah yang sering ditakuti.
Sangat menyeramkan bagi saya untuk membahasya. Pernikahan bukanlah akhir kisah
indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak
menemui masalah. Menikah kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan
yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari
semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin
mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya
dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama
menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Apa yang akan mempengaruhi
peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang
wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia
memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan
dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang
mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang
baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode
tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang
sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya.
Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat
manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan
kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya,
hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam
pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah
menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan
pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
Jika ingin sukses dalam
pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan
kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa
menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan
yang lebih baik.
( Adhim,
Mohammad Fauzil (2002) Indahnya
Perkawinan Dini Jakarta: Gema
Insani Press (GIP))
E.
Single Life
Hidup
di dalam kesendirian memang tidak mudah untuk dijalani. Namun ini adalah suatu
pilihan yang diambil di kala orang sudah putus asa untuk membina suatu hubungan
perkawinan. Misalnya seorang wanita yang sudah lebih dari satu kali menikah dan
gagal. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak bersuami dan mengurus anak – anaknya sendiri.
Ia merasa mampu karena ia pun seorang wanita karir yang memiliki penghasilan
yang cukup. Namun meskipun demikian, seseorang yang menjalani single life pasti mengalami loneliness atau rasa kesepian. Terlebih
ketika ia sudah lanjut usia dan anak – anaknya sudah berkeluarga.
CONTOH FENOMENA TENTANG PERKAWINAN
Cerita
ini saya ambil dari pengalaman seseorang di lingkungan sekitar saya yang tidak
bisa saya sebutkan. Berawal dari perkenalan seorang perempuan dengan seorang
pria. Sebut saja perempuan itu berinisial P. P dikenalkan dengan pria
berinisial L oleh salah satu temannya. Lama kelamaan mereka semakin dekat dan
akhirnya berpacaran hingga 7 tahun. Merekapun menikah dan dikaruniai 1 anak
perempuan dan 1 anak laki – laki. Setelah berjalan 5 tahun menikah, L ketahuan
berselingkuh. Pertengkaran terus terjadi sampai akhirnya perceraian pun tak
bisa terelakan. Anak mereka lah yang menjadi korban. Kepribadian anak – anaknya
tidak terbentuk dengan baik. Mereka tumbuh menjadi anak yang tidak sopan, manja
dan selalu menuntut hal – hal yang tidak sepantasnya diminta oleh anak
seusianya. Seiring berjalannya waktu, P menikah kembali dengan seorang pria
namun pernikahannya itu pun gagal. Akhirnya P memutuskan untuk hidup sendiri
mengurus kedua anaknya.
Tanggapan saya terhadap cerita di atas yaitu
:
Ternyata
waktu 7 tahun tidak cukup untuk mengenal seseorang. Butuh waktu seumur hidup
untuk benar – benar memahami kepribadian orang. Perceraian memang bukan hal
yang baik dan harus dihindari. Karena kehidupan pun akan lebih buruk setelah
terjadinya perceraian jika kita tidak bisa mengelola hidup dan mengatasi
masalah – masalah yang terjadi dengan baik dan benar. Anak – anak yang menjadi
korban perceraian akan sangat membutuhkan pembinaan yang lebih terutama dari
orangtuanya. Pernikahan kembali pun terkadang bukan solusi yang baik untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi pada anak – anak dan keluarga. Pihak lain
terkadang tidak dapat memahami dan membantu untuk mendidik anak – anaknya.
Karena bagaimanapun juga orang lain itu bukan orangtua biologis si anak. Jika
sudah seperti itu, hanya penyesalan lah yang terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar